Tak pernah kusangka kematian begitu cepat datang menjemputku. Tak juga pernah kuduga bahwa upayaku bertahan berakhir jua. Malam itu, tepat dua pekan sebelum peristiwa ini merenggut nyawaku, untuk pertama kalinya aku mendengar tangis seorang perempuan pecah. Tak biasanya dia menangis bagai dunianya runtuh seperti itu. Ya, aku tahu betul dia perempuan yang kuat selama ini. Tak pernah mau menangis, apalagi diperlihatkan pada kekasihnya. Tapi malam itu, hingga malam-malam lainnya, suara tangisnya kudengar jelas dari balik ruang aku tinggal. Sesekali dia juga merintih meminta tolong. Dua hari kemudian, "mungkin ini bisa membantumu," ujar sang kekasih sambil menyodorkan segelas alkohol. Aku tau itu, karena aku ahli menguping. Tanpa ragu, perempuan itu pun menegak habis dalam sekali waktu. Kemudian dilanjutkan dengan gelas-gelas lainnya. Sesak di dadaku mulai terasa. Aku tak tega, tapi aku harus bertahan. Kupikir, jika aku keluarpun, tak akan membantunya. Ternya