Posts

Showing posts from 2019

GUGUR

Tak pernah kusangka kematian begitu cepat datang menjemputku. Tak juga pernah kuduga bahwa upayaku bertahan berakhir jua. Malam itu, tepat dua pekan sebelum peristiwa ini merenggut nyawaku, untuk pertama kalinya aku mendengar tangis seorang perempuan pecah. Tak biasanya dia menangis bagai dunianya runtuh seperti itu. Ya, aku tahu betul dia perempuan yang kuat selama ini. Tak pernah mau menangis, apalagi diperlihatkan pada kekasihnya. Tapi malam itu, hingga malam-malam lainnya, suara tangisnya kudengar jelas dari balik ruang aku tinggal. Sesekali dia juga merintih meminta tolong. Dua hari kemudian, "mungkin ini bisa membantumu," ujar sang kekasih sambil menyodorkan segelas alkohol. Aku tau itu, karena aku ahli menguping. Tanpa ragu, perempuan itu pun menegak habis dalam sekali waktu. Kemudian dilanjutkan dengan gelas-gelas lainnya. Sesak di dadaku mulai terasa. Aku tak tega, tapi aku harus bertahan. Kupikir, jika aku keluarpun, tak akan membantunya. Ternya

Pembawa Kesejukan di tengah Kota Metropolitan

Image
--> "Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru." -Ki Hajar Dewantara- Lampu led dengan warna berubah-ubah menyorot satu dinding bertuliskan lima sila isi Pancasila yang ditulis menggunakan aksara jawa kuno, lengkap dengan ukiran kayu lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Tepat di depannya, sepeda ontel hitam bertengger manis di panggung sederhana. Di sudut berbeda, meja kecil dan kursi diatur berjajar dekat kolam ikan. Gemericik air, hijau rumput dan deretan tanaman sukses membawa nuansa sejuk di teras rumah ini. Sebuah rumah tinggal dengan arsitektur khas tahun 80-an yang kini diubah menjadi rumah bagi semua orang. Wulangreh Omah Budaya. Meski bertajuk rumah budaya, Wulangreh bukan layaknya museum atau sekedar sebuah sanggar budaya. Rumah ini menaungi berbagai macam kegiatan serta dilengkapi restoran di pekarangan, gallery, dan penyewaan ruang pertemuan. Hangat dan unik menjadi first impression sa

Tritama Chaerani, Teman dari Toba

Image
"Mba, aku boleh duduk sini ya," ucap seorang perempuan dengan senyum menyungging maksimal di wajahnya. Tangannya menunjuk bangku kosong di sebelahku. Pasrah, aku mengangguk. Ya, aku memang selalu menghindari interaksi dengan orang. Apalagi di lingkungan baru dan di tengah orang-orang baru yang tak kukenal. Tak lama setelah menempatkan tubuhnya di bangku dan uplek dengan tas di pangkuannya, "masih nulis berita ya mba?" perempuan itu kembali bicara. Satu pertanyaan yang kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Mulai dari kehidupan wartawan sampai tebak-tebakan umur. Melihat dia terus berupaya ngajak ngobrol, aku yang sedari tadi sengaja memasang headset, akhirnya melepas headsetku dan meladeninya bicara. Hm... Headset yang kupasang juga hanya hiasan, supaya ga diajak ngobrol orang. Tapi ternyata dia tetap bicara, jadi ya kuhargai. Setiap pertanyaan kujawab singkat, sesekali aku juga menyunggingkan senyum. "Dia semangat sekal